Tergesernya Metaverse oleh Artificial Intelligence?

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep Metaverse telah menjadi topik pembicaraan yang hangat di dunia teknologi. Metaverse menggambarkan dunia virtual yang imersif di mana pengguna dapat menjelajahi, berinteraksi, dan terlibat dalam berbagai aktivitas. Namun, dengan kemajuan pesat dalam bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), muncul pertanyaan apakah kita masih membutuhkan Metaverse saat kita memiliki robot yang cerdas dan mampu berkomunikasi dengan baik.

Seiring dengan perkembangan teknologi AI, perusahaan besar mulai mengalihkan fokus mereka dari investasi dalam Metaverse ke pengembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan. Contohnya, beberapa perusahaan yang sebelumnya berinvestasi besar dalam Metaverse telah memutuskan untuk menghentikan proyek, seperti Disney, dan juga banyak perusahaan yang mulai beralih atau memperluas ke pengembangan kecerdasan buatan yang saat ini sedang menarik perhatian Dunia, terutama setelah launchingnya ChatGPT. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut melihat potensi yang lebih besar dalam menghadirkan pengalaman interaktif melalui robot cerdas daripada melalui dunia virtual Metaverse.

Bahkan, perusahaan yang sangat getol dalam pengembangan Metaverse, yaitu Facebook juga belum benar-benar berhasil mengkomersialisasikan proyek eksperimen pendirinya. Bahkan menurut laporan Reuters, investor Meta kehilangan kesabaran dengan proyek Metaverse yang dieksplorasi oleh CEO Meta, Mark Zuckerberg. Proyek Metaverse tersebut memakan sekitar 20% dari sumber daya keuangan Meta, tetapi sampai saat ini belum ada perkembangan yang signifikan.

Meskipun Metaverse menawarkan pengalaman virtual yang menarik, perlu diakui bahwa menjelajahi versi avatar di dunia virtual tidak dapat memberikan pengalaman yang sama dengan berkomunikasi dan berinteraksi dengan robot yang cerdas. Robot dengan kecerdasan buatan dapat belajar dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, merespons perintah dan pertanyaan dengan lebih akurat, serta menghadirkan pengalaman yang lebih nyata dan personal.

Selain itu, keberadaan robot dengan kecerdasan buatan dapat mempermudah kehidupan sehari-hari. Mereka dapat membantu dalam tugas-tugas rumah tangga, memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu, serta menjadi teman yang menyenangkan dan mendukung. Dalam hal ini, investasi perusahaan dalam pengembangan teknologi berbasis kecerdasan buatan lebih relevan dengan kebutuhan nyata pengguna di dunia nyata.

Namun, perlu diingat bahwa konsep Metaverse dan teknologi berbasis kecerdasan buatan bukanlah hal yang saling menggantikan secara mutlak. Keduanya memiliki peran dan potensi yang berbeda dalam membentuk masa depan teknologi. Meskipun beberapa perusahaan besar telah memindahkan fokus mereka ke teknologi berbasis kecerdasan buatan, masih ada perusahaan dan individu yang melihat nilai dan potensi Metaverse sebagai lingkungan virtual untuk berinteraksi, berkreasi, dan berbisnis.

Jadi, walaupun Metaverse dalam beberapa tahun terakhir menjadi sorotan utama, pertumbuhan pesat dalam teknologi kecerdasan buatan telah menimbulkan pertanyaan tentang relevansi Mateverse di masa depan. Investasi perusahaan besar yang meninggalkan Metaverse dan beralih ke teknologi berbasis kecerdasan buatan menggambarkan pergeseran minat dan pandangan industri terhadap penggunaan teknologi. Namun, penting untuk diingat bahwa Metaverse dan kecerdasan buatan bukanlah pilihan yang saling menggantikan, melainkan memiliki potensi dan peran yang berbeda dalam perkembangan teknologi. Metaverse masih menawarkan dunia virtual yang menarik dan inovatif, di mana pengguna dapat menjelajahi realitas yang terbuka dan berinteraksi dengan sesama pengguna. Sementara itu, teknologi kecerdasan buatan memberikan solusi praktis dalam kehidupan sehari-hari dengan adanya robot cerdas dan solusi cerdas yang dapat membantu tugas-tugas domestik, memberikan informasi yang akurat, dan meningkatkan efisiensi.

Bagaimana menurut anda, apakah Metaverse masih dibutuhkan di masa depan?